BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemampuan untuk
belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia
dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia
untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini.
Pendapat yang
mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari
kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia
semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan
manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an,
kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang
termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah
SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an
memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa
menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain
Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya
menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini;
“Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri
cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para
ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama
dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”
1.2
Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep belajar menurut Islam?
- Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar?
- Apa arti penting belajar menurut Al-Qur’an?
- Bagaimana cara belajar menurut Islam?
- Apa saja sarana belajar menurut Islam?
1.3
Tujuan
- Mengetahui konsep belajar menurut Islam.
- Mengetahui pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar.
- Mengetahui arti penting belajar menurut Al-Qur’an.
- Mengetahui cara belajar menurut Islam.
- Mengetahui sarana belajar menurut Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
Belajar dapat
diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap
yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang
dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang
secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setipa orang. Sedangkan
latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang
secara berulang-ulang.1
- Pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar
Belajar sebagai
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bukan
hanya bersala dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama
sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu
melakukan kegiatan belajar dan belajar juga dapat memberikan kebaikan
kepada manusia.
Aktivitas belajar
sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Al-Qur’an dan Hadits
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,
serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang
tinggi.
Dalam Al-Qur’an,
kata al-‘ilm
dan
kata-kata turunnya digunakan lebih dari 780 kali. Ada beberapa ayat
yang di wahyukan kepada Rasulullah dalam pentingnya membaca, menulis,
dan ajaran untuk manusia.
Ayat yang pertama,
yakni:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-Alaq
1-5)
Sejak turunnya wahyu
yang pertama kepada Muhammad Saw. Islam telah menekankan perintah
untuk belajar. Ayat pertama dapat menjadi bukti bahwa Al-Qur’an
memandang belajar itu sangat penting agar manusia dapat memahami
seluruh kejadian yang ada di sekitanya, sehingga dapat meningkatkan
rasa syukur dan mengakui akan kebesaran Allah.
Menurut
Quraisy Syihab (1997), iqra’
berasal
dari akar kata yang berarti menghimpun yang artinya menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui cirri-ciri sesuatu dan
membaca baik teks tertulis maupun tidak tertulis. Wahyu yang pertama
juga tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena Al-Qur’an
menghendaki umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut dengan
nama Allah dan disandarkan kepada Allah (Bismi
Rabbik),
dalam arti bermanfaat dalam kemanusian.
Selain
Al-Qur’an, Hadits Nabi Muhammad Saw juga memuji pentingnya ilmu dan
orang-orang yang terdidik. Adapun contoh Hadits mengenai pentingnya
belajar dan menuntut ilmu adalah:
“Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap muslim”2
- Arti Penting Belajar Menurut Al-Qur’an
Agama Islam sangat
menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, adanya
kewajiban dalam Islam bagi setiap orang yang beriman untuk selalu
belajar. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah pasti terdapat
hikmah di dalamnya. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan belajar,
antara lain:
- Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Dengan demikian orang yang tidak pernah belajar tidak akan memliki ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas. Dalam firman Allah:
“Apakah kamu
Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat
di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. (QS.
Az-Zumar: 9)
- Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Firman Allah:
“Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (QS.
Al-Isra’: 36).
- Dengan ilmu yang dimilikinya melalui proses belajar mampu mengangkat derajatnya di mata Allah. Firman Allah:
“Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al-Mujadalah:11)3
- Cara Belajar Menurut Islam
Dalam Al-Qur’an,
cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia dapat
ditempuh dengan dua cara, yaitu:
- Ilmu (perubahan) yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu ladunni). Seperti dalam QS. Al-Kahfi ayat 65, yaitu:
“Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah
kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
- Ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (ilmu kasbi) seperi dalam firman Allah Qs. Al-Ra’d: 11:
“Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia”.
Menurut Najati
(2005), dalam Al-Qur’an cara belajar yang membutuhkan usaha manusia
dapat melalui beberapa cara, antara lain:4
- Belajar melalui imitasi: tiruan-tiruan yang sejalan dengan islam,
Di awal
perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan
ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa,
tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih
menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu
tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di
dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya,
orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Maka teladan yang baik
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku
manusia.
- Pengalaman Praktis dan trial and error: coba2 yg hal2 kebaikan. Krn seseorang tidk py ilmu tanpa usaha, eprti ijtihad. Benar dapat pahala 2. Imitasi yg diajarkan oleh rasulullah.
Dalam hidup, manusia
terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap
terhadap permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya.
Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Hal ini menunjukkan
bagaimana Al-Qur’an mendorong manusia untuk belajar melalui
pengamatan (observasi) terhadap berbagai objek, pengalaman praktis
dalam kehidupan, dan interaksi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
da alam sekitarnya. Semua ini dapat dilakukan dengan cara mengamati
melalui pengalaman praktis dan coba-coba (trial
and error)
serta berfikir.
- Berfikir: falsafah yang berdasarkan kitab dan akal kita tidak melampaui batas, harus berdasarkan ketentuan-ketentuan allah nas-nas alqur’an. Ex; manteq, sebatas yg digariskna oleh islam
Berfikir merupakan
salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan
berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error
secara intelektual (Ustman Najati, 2005). Dalam proses berfikir,
manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah
yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada
satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir
merupakan proses belajar yang paling tinggi.
Dalam Al-Qur’an,
banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu
menggunakan akal dan memahami serta merenungi segala ciptaan dan
kebesaran Allah di alam ini. Salah satu contohnya adalah:
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung ditegakkan. Dan
bumi bagaimana ia dihamparkan”.
(Q.S.Al-Ghasyiah: 17-20)
Selanjutnya, salah
satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran
seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan
berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada
juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia
berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia
dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.
Ustman Najati
menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu
menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai
proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi
seperti ini, manusia sering mengalami hambatan dan berfikir statis
dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan
pikiran-pikiran baru.
- Sarana Belajar Menurut Islam
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur”.
(QS Al-Nahl: 78)
Dalam ayat di atas,
dikatakan bahwa dalam proses belajar atau mencari ilmu manusia telah
diberi sarana fisik berupa indera eksternal yaitu mata dan telinga,
serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual.
1.
Sarana Fisik
Terdapat dua panca
indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar
yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini
menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca
indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun
demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan
kontribusi pada saat belajar. Dalam ayat QS. Al-An’am (7)
“Dan
kalau kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka
dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang
kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
2.
Sarana
Psikis
a.
Akal
Akal merupakan
bagian dari sarana psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir
atau potensi intelegensi (Bastaman, 1997). Akal identik dengan daya
pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan
rasional.
Arti penting daya
nalar dan berfikir logis-rasional dikisahkannya saat para penghuni
neraka enggan menggunakan akal meraka untuk memikirkan peringatan
Tuhan.
“Dan
mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala”.
b.
Qalb
Qalb mempunyai dua
arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah
jantung dan dalam arti metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang
bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.
Qalb dapat digunakan
sebagai alat untuk memahami realitas ciptaan Tuhan, dijelaskan dalam
QS Al-A’raf 179.
“Dan
Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai”.
(QS Al-A’raf 179)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai agama
rahmah
li al-‘alamin sangat
mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Allah mengawali menurunkan
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang
memerintahkan Rasulnya yakni Nabi Muhammad Saw. untuk membaca dan
membaca (iqra’) yang merupakan perwujudan dari aktivitas belajar.
Konsep
belajar menurut Al-Qur’an dan Hadits yaitu: (1) pandangan Al-qur’an
dan Hadits dalam belajar (2) Arti penting belajar menurut Al-Qur’an
(3) Cara belajar menurut Islam (3) Sarana belajar menurut Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin,
dkk. 2009. Teori
Belajar dan Pembelajaran: Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Bolgspot.
2008. (Online). Teori
Belajar Menurut Islam. http://fisikaumm.
blogspot.com.diakes 27 februari 2010
Muhaimin,
1996. Strategi
Belajar Mengajar. Surabaya:
Citra Media.
3
Loc.Cit
hal 32-34
4
http://fisikaumm.blogspot.com.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar