Powered By Blogger

Jumat, 30 Desember 2011

Konsep Belajar Menurut Islam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini.
Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini;
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana konsep belajar menurut Islam?
  2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar?
  3. Apa arti penting belajar menurut Al-Qur’an?
  4. Bagaimana cara belajar menurut Islam?
  5. Apa saja sarana belajar menurut Islam?

1.3 Tujuan
  1. Mengetahui konsep belajar menurut Islam.
  2. Mengetahui pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar.
  3. Mengetahui arti penting belajar menurut Al-Qur’an.
  4. Mengetahui cara belajar menurut Islam.
  5. Mengetahui sarana belajar menurut Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setipa orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.1
  1. Pandangan Al-Qur’an dan Hadits dalam Belajar
Belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bukan hanya bersala dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar dan belajar juga dapat memberikan kebaikan kepada manusia.
Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Al-Qur’an dan Hadits mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Dalam Al-Qur’an, kata al-‘ilm dan kata-kata turunnya digunakan lebih dari 780 kali. Ada beberapa ayat yang di wahyukan kepada Rasulullah dalam pentingnya membaca, menulis, dan ajaran untuk manusia.
Ayat yang pertama, yakni:
                        
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-Alaq 1-5)
Sejak turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad Saw. Islam telah menekankan perintah untuk belajar. Ayat pertama dapat menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang belajar itu sangat penting agar manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada di sekitanya, sehingga dapat meningkatkan rasa syukur dan mengakui akan kebesaran Allah.
Menurut Quraisy Syihab (1997), iqra’ berasal dari akar kata yang berarti menghimpun yang artinya menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui cirri-ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak tertulis. Wahyu yang pertama juga tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut dengan nama Allah dan disandarkan kepada Allah (Bismi Rabbik), dalam arti bermanfaat dalam kemanusian.
Selain Al-Qur’an, Hadits Nabi Muhammad Saw juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdidik. Adapun contoh Hadits mengenai pentingnya belajar dan menuntut ilmu adalah:
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”2

  1. Arti Penting Belajar Menurut Al-Qur’an
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, adanya kewajiban dalam Islam bagi setiap orang yang beriman untuk selalu belajar. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah pasti terdapat hikmah di dalamnya. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan belajar, antara lain:
  1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Dengan demikian orang yang tidak pernah belajar tidak akan memliki ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas. Dalam firman Allah:
                          

Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar: 9)

  1. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Firman Allah:
                 
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 36).

  1. Dengan ilmu yang dimilikinya melalui proses belajar mampu mengangkat derajatnya di mata Allah. Firman Allah:
                                
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah:11)3

  1. Cara Belajar Menurut Islam
Dalam Al-Qur’an, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:
  1. Ilmu (perubahan) yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu ladunni). Seperti dalam QS. Al-Kahfi ayat 65, yaitu:
            
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.

  1. Ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (ilmu kasbi) seperi dalam firman Allah Qs. Al-Ra’d: 11:
                                      
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Menurut Najati (2005), dalam Al-Qur’an cara belajar yang membutuhkan usaha manusia dapat melalui beberapa cara, antara lain:4
  1. Belajar melalui imitasi: tiruan-tiruan yang sejalan dengan islam,
Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia.
  1. Pengalaman Praktis dan trial and error: coba2 yg hal2 kebaikan. Krn seseorang tidk py ilmu tanpa usaha, eprti ijtihad. Benar dapat pahala 2. Imitasi yg diajarkan oleh rasulullah.
Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadap permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Hal ini menunjukkan bagaimana Al-Qur’an mendorong manusia untuk belajar melalui pengamatan (observasi) terhadap berbagai objek, pengalaman praktis dalam kehidupan, dan interaksi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi da alam sekitarnya. Semua ini dapat dilakukan dengan cara mengamati melalui pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error) serta berfikir.
  1. Berfikir: falsafah yang berdasarkan kitab dan akal kita tidak melampaui batas, harus berdasarkan ketentuan-ketentuan allah nas-nas alqur’an. Ex; manteq, sebatas yg digariskna oleh islam
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005). Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi.
Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami serta merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Salah satu contohnya adalah:
                     
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”. (Q.S.Al-Ghasyiah: 17-20)
Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.
Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.

  1. Sarana Belajar Menurut Islam
                

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS Al-Nahl: 78)
Dalam ayat di atas, dikatakan bahwa dalam proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indera eksternal yaitu mata dan telinga, serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual.
1. Sarana Fisik
Terdapat dua panca indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada saat belajar. Dalam ayat QS. Al-An’am (7)
                
Dan kalau kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
2. Sarana Psikis
a. Akal
Akal merupakan bagian dari sarana psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi (Bastaman, 1997). Akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional.
Arti penting daya nalar dan berfikir logis-rasional dikisahkannya saat para penghuni neraka enggan menggunakan akal meraka untuk memikirkan peringatan Tuhan.
           
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”.
b. Qalb
Qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dalam arti metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.
Qalb dapat digunakan sebagai alat untuk memahami realitas ciptaan Tuhan, dijelaskan dalam QS Al-A’raf 179.
                                 
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”. (QS Al-A’raf 179)


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam sebagai agama rahmah li al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Allah mengawali menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Rasulnya yakni Nabi Muhammad Saw. untuk membaca dan membaca (iqra’) yang merupakan perwujudan dari aktivitas belajar.
Konsep belajar menurut Al-Qur’an dan Hadits yaitu: (1) pandangan Al-qur’an dan Hadits dalam belajar (2) Arti penting belajar menurut Al-Qur’an (3) Cara belajar menurut Islam (3) Sarana belajar menurut Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, dkk. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran: Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Bolgspot. 2008. (Online). Teori Belajar Menurut Islam. http://fisikaumm. blogspot.com.diakes 27 februari 2010

Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.


1 Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media, hal 30

2 Baharuddin, dkk. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran: Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 30-32

3 Loc.Cit hal 32-34

4 http://fisikaumm.blogspot.com.

Laporan Kunjungan Kuliah


Laporan Kunjungan Kuliah ke:
Alun-alun
Ahad, 28 November 2011
Saya berkunjung ke alun-alun kota Malang. Disana kita dapat melihat pemandangan yang beragam. Suasana di alun-alun saat itu mendung dan sempat turun gerimis. Banyak muda-mudi, keluarga dan anak-anak yang berkunjung ke alun-alun dengan perasaan riang gembira. Para muda-mudi mencari tempat strategis agar mereka dapat berduaan dan meski ramai pengunjung mereka tak menghiraukan orang-orang yang sedang lalu lalang di sekitar mereka. Di alun-alun kita juga dapat menjumpai pengamen maupun penjual yang menawarkan dagangannya kepada para pengunjung. Juga terlihat ada muda-mudi yang ketika itu di datangi oleh seorang pengamen dan muda-mudi itu meminta sang pengamen untuk menyanyikan lagu sesuai permintaan mereka. Anak-anak yang sedang asyik bermain dengan keluarganya maupun berlari-larian mengejar burung dara yang banyak dan memang sengaja diberikan sangkar agar lebih menarik perhatian pengunjung. Kita bisa melemparkan biji jagung yang dapat kita beli di penjual-penjual yang ada di dalam alun-alun. Tak jarang juga alun-alun ini menjadi tempat pemotretan atau objek pemotretan oleh beberapa majalah.
Pada saat itu juga sedang dilakukan pembersihan kolam yang terletak di tengah alun-alun. Pembersihan ini dimulai dari menguras air yang ada dalam kolam kemudian menyikat bagian dasar kolam. Dilanjutkan dengan mengecat ulang agar terlihat lebih bersih dan indah. Akan tetapi kebersihan di alun-alun kota Malang ini masih kurang karena masih banyak di temukan sampah-sampah yang berserakan di sekitar alun-alun dan tempat duduk yang desediakan pun kebanyakan kotor dan kurang terawat. Jalan-jalan di alun-alun pun beberapa sudah berlubang dan bisa saja membahayakan pengunjung. Kurang rapinya para penjual yang berada di sekitar alun-alun dan kurangnya rambu-rambu atau palang nama juga informasi mengenai alun-alun maupun kota Malang. Saya juga membaca bahwa alun-alun ini sebagai tempat wisata akan tetapi banyak turis-turis mancanegara yang mampir ke alun-alun tanpa ada guide atau pemandu wisata. Banyak yang menjadi PR bagi pemerintah kota Malang agar membenahi kekurangan yang ada di alun-alun agar para pengunjung pun merasa nyaman dan turis-turis semakin banyak mengunjunginya.

Radar Malang
Jum'at, 9 Desember 2011
Kunjungan kuliah dan kuliah bersama di Radar Malang dengan bapak Khoirul Anwar selaku dosen pembimbing mata kuliah Jurnalistik dan sekaligus Pimred Radar Malang. Pukul 13:00 WIB dalam kondisi yang gerimis kami berangkat dari kampus menuju ke kantor Radar Malang. Sesampainya kami di sana, kami langsung di minta naik ke lantai 3 ruang auditorium. Kala itu, kuliah bersama ini dihadiri oleh 2 kelas yang diampu oleh bapak Anwar. Namun, sesampainya di lantai 3 ruang auditorium masih sedikit yang hadir jadi kami pun menunggu teman-teman yang lain sambil ngobrol. Selang beberapa menit teman-teman yang lain pun datang dan bapak Anwar pun membuka kuliah bersama di Radar Malang. Beliau memberitahukan perihal mengenai tugas UAS yang mengharuskan mahasiswa untuk membuat blog dengan ketentuan isi blog, sebagai berikut:
  1. Isi Utama:
    a. profil siapa anda? Mengapa kuliah Jurnalistik?
    b. pengertian pers dan jurnalistik!
    c. mengapa perlu MK Jurnalistik di Fakultas Tarbiyah?
    d. sejarah pers!
    e. buat tiga artikel populer berdasarkan prinsip aktualitas, proximity, situasional!
    f. buat dua feature tentang lingkungan anda!
  2. Isi Tambahan:
    a. buat laporan tentang kelas anda yang berisi tentang teman, dosen dan lingkungan anda belajar!
    b. buat laporan kunjungan kuliah ke alun-alun, Radar Malang dan Malang Post!
Sekitar Pukul 15:30 WIB beliau pun mengajak mahasiswa untuk berkunjung ke Malang Post dan mempersilahkan untuk bertanya sebanyak-banyaknya di sana.

Malang Post
Jum'at, 9 Desember 2011
Setelah berkunjung ke Radar Malang, kami pun diajak oleh bapak Anwar berkunjung ke Malang Post untuk lebih mengenal lebih dekat proses pembuatan berita dan aktivitas awak redaksi. Kami pun diajak ke dalam ruang rapat dan dikenalkan kepada Redaktur Senior Malang Post Husnun N Djuraid. Beliaupun memulai menceritakan mengenai proses kelahiran Malang Post dan proses pembuatan koran.
Beberapa hal yang menjadi pertanyaan dari kami adalah mengenai cara menulis di surat kabar, kinerja wartawan dan proses pembuatan koran. Karena memang kami lebih sering mengisi tulisan di kampus. Selepas tanya jawab, kami pun dibawa ke kantor redaksi dan dikenalkan dengan kru yang ada di Malang Post juga proses pembuatan koran. Terakhir sebelum kami berpamitan pulang, kami pun diminta untuk foto bersama dengan Redaktur Senior Malang Post dan foto tersebut akan di muat dalam koran esok harinya. Kami sangat berterima kasih kepada Malang Post karena telah memberikan pengalaman serta ilmu yang bermanfaat.

FEAUTURE


FEAUTURE
Di pagi hari yang dingin ini tak menyurutkan semangatku mengerjakan tugas Jurnalistik ditemani dengan alunan lagu Boyce Avenue ”The Teenage Dreams”. Terdengar suara pintu kamar di buka dan suara langkah kaki temanku yang baru bangun dari tidurnya, kemudian terlihat ia membawa handuk berjalan menuju ke kamar mandi. Sambil melihat suasana di luar pagi ini terlihat ada mendung dan sepeda motor juga mobil yang sudah berlalu lalang di jalan depan kosku. Kemudian pemandangan sawah yang baru saja di bajak dan ada juga yang baru di tanami padi. Juga pasar baru Dinoyo terlihat masih sepi hanya ada beberapa rangkaian tempat jualan dan terdengar suara ketukan palu. Kemudian aku pun melanjutkan mengerjakan tugas Jurnalistik yang dikumpulkan minggu depan pada saat UAS.

Suasana kamar yang sedang berantakan dengan baju, celana, kaos yang belum disetrika tergeletak di atas kasur di tutupi oleh kain sarung warna biru. Laptop di meja dekat kasur yang belum mati dari semalam masih terlihat tugas resume buku sosiologi agama terpampang di layar laptop dan masih terdengar lagu Maher Zain. Buku-buku juga berserakan di kasur dan samping tempat tidurku. Aku yang masih duduk hanya terdiam melihat keadaan kamarku dan sesekali mengusap mata tanda baru bangun dari tidur. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi untuk berwudlu kemudian kembali ke kamar dan mengganti pakaianku juga sekedar merapikan kamar. Setelah itu, sajadah ku tata untuk sholat shubuh.

Mengapa perlu MK Jurnalistik di Fak. Tarbiyah?


Mengapa perlu MK Jurnalistik di Fak. Tarbiyah?
Karena diharapkan dengan adanya mata kuliah Jurnalistik di Fakultas Tarbiyah ini para mahasiswa termotivasi untuk menulis baik di media massa kampus maupun nasional juga memanfaatkan internet sebagai media mempublikasikan karya-karyanya. Kemudian juga minat baca mahasiswa yang sangat banyak akan tetapi tidak dibarengi dengan minat menulis, sehingga menjadikan sebagian besar karya-karya mahasiswa Fakultas Tarbiyah kurang terpublikasi baik di media massa kampus maupun nasional juga internet seperti blog dan lain sebagainya. Kesulitan dari mahasiswa dalam hal menulis yang sebenarnya itu hal mudah. Akar permasalahannya adalah pada menuangkan ide-ide yang ada di pikiran ke dalam bentuk tulisan. Maka, di sini perlu adanya mata kuliah Jurnalistik yang akan memberikan pembelajaran yang intensif bagi mahasiswa disamping juga sudah ada UKM yang berkecimpung dalam jurnalistik.

Profil dan Alasan Kuliah Jurnalistik


Profil siapa anda? Mengapa kuliah Jurnalistik?
Saya adalah Anshori Rosyid mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Alasan mengapa kuliah Jurnalistik selain karena memang mata kuliah ini dipasarkan pada semester akhir (gasal) juga karena saya tertarik dengan Jurnalistik. Awal kuliah Jurnalistik ini banyak pertanyaan dalam benak saya tentang apa itu Jurnalistik? Apa saja yang dipelajari dalam ilmu Jurnalistik? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Pada saat mengikuti kuliah Jurnalistik ini, ada beberapa hal yang menarik menurut saya adalah tentang manajemen isu yang menjelaskan tentang mengangkat isu-isu yang menarik dan menganalisa isu-isu baik yang terjadi di masyarakat maupun pemerintah. Dengan memakai empat patokan, yaitu (1) isu besar menutupi isu lebih besar, (2) isu kecil menutupi isu besar, (3) isu kecil menyamarkan isu besar, dan (4) isu lebih besar menghilangkan isu besar. Kemudian juga materi mengenai trick and tips dalam wawancara, media-media yang digunakan dalam jurnalitik, selain belajar dalam ruang kelas juga mahasiswa diajak untuk terjun langsung (mengamati) di lapangan kemudian membuat laporan hasil pengamatan sebagai bentuk latihan menulis. Saya sendiripun merasa kesulitan ketika ingin menuangkan ide-ide yang ada di pikiran saya ke dalam tulisan dan di sini saya mendapatkan tips menuangkan ide dalam tulisan dengan mudah. Dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.